Sabtu, 20 Juli 2013


“Bentuknya yang sekilas mirip cacing dan berwarna coklat muda, membuat hewan unik ini jarang tertangkap mata pengamat....”


Bogor (19/6)----Javan Cecilian (I. hypocyaneus) atau dikenal dengan Sesilia, merupakan satwa melata yang memiliki bentuk mirip cacing tanah namun berukuran besar ini memiliki sepasang kumis di sekitar mulutnya, dengan warna tubuh yang lebih gelap. Itulah yang membedakan Sesilia dengan I. dongata. “Bentuknya yang sekilas mirip cacing dan berwarna coklat muda, membuat hewan unik ini jarang tertangkap mata pengamat, jika tidak teliti.” kata Eka Dana Prabowo, Ketua Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH) 2013. Eka juga menambahkan, “Habitatnya yang berada di dalam tanah juga membuat hewan satu ini susah ditemukan ketika monitotring.”

Sesilia dengan panjang (panjang) ditemukan di area situs sejarah Arca Domas, pada pukul 09.00 oleh salah satu anggota KPH, Anja A. Saefullah. “ Saat itu, Sesilia merayap keluar dari dalam tanah, pada areal terbuka, dengan jarak yang tidak jauh dari sungai.” kata Anja
Sesilia ini ditemukan pada kegiatan “Ekspedisi Calon KPH 48” sebagai tugas peresmian anggota baru. Kondisi habitat yang merupakan hutan pinus dan belukar serta kondisi cuaca hujan sepanjang hari, membuat Sesilia tersebut keluar dari habitat alaminya (dari dalam tanah).



Mirza Dikari Kusrini, Dosen DKSHE sekaligus peneliti herpetofauna dan Pembina KPH, menyatakan, “Penemuan ini merupakan penemuan yang bagus, karena amfibi jenis ini sulit ditemukan serta informasi penyebarannya kurang.” Sesilia jawa hanya ada satu jenis di Pulau Jawa. Sesilia memiliki habitat hidup di dalam tanah yang berserasah di hutan atau dekat hutan. “Larva Sesilia hidup di air sungai yang jernih, sehingga satwa ini bisa dijadikan bioindikator atau indikator lingkungan.” tandasnya.

Javan Cecilia di Situs Sejarah Arca Domas

Read More



Wonosari,      Gua Jomblang merupakan lokasi wisata minat khusus yang menawarkan keindahan cahaya di dalam kegelapan. Gua Jomblang ini dikelola oleh Presiden Himpunan Kelompok Speleologi Indonesia (Hikespi), Cahyo Alkantana bersama warga sekitar. Gua Jomblang merupakan gua yang memiliki karakteristik yang unik. Banyak wisatawan khusus yang datang untuk melihat ray of heaven (sinar surga) yang dapat terlihat di Gua Jomblang. Menurut Cahyo Alkantana ray of heaven yang terindah berada di Gua Jomblang ini. Sinar surga terbentuk dari cahaya matahari yang masuk ke dalam lorong vertikal gua yang mengenai partikel-partikel kecil seperti debu atau percikan air sehingga refleksi cahaya terlihat jelas.. Di Gua Jomblang sendiri ketinggian lorong vertikalnya yang sekitar 70 meter cukup ideal untuk masuknya cahaya matahari masuk ke gua. Selain itu, adanya aliran sungai bawah tanah yang menghasilkan percikan-percikan air menciptakan refleksi cahaya yang indah untuk disaksikan.



























Dalam kegiatan Ekspedisi dan Silaturahmi (Eksisi) 2013 yang dilaksanakan Kelompok Pemerhati Gua (KPG) “Hira” Himakova IPB 30 Maret 2013 lalu, Cahyo Alkantana mengatakan bahwa sejak awal dia telah berkeinginan mengembangkan kawasan Gua Jomblang tersebut. “Butuh waktu lebih dari 3 tahun saya membuat Gua Jomblang hingga sampai sekarang ini” kata Cahyo. Butuh pengorbanan baik dari segi biaya, tenaga, maupun mental untuk mengembangkan kawasan ini. Dari yang dulunya tanahnya kering dan gersang hingga sekarang ini yang sudah ditumbuhi pepohonan dari pohon yang ditanamnya bersama warga. Bangunan-bangunan tradisional joglo yang ada di sekitar gua dibangun untuk tempat peristirahatan yang nyaman bagi pengunjung. Semua pengembangan dan pengelolaan langsung ditangani oleh Cahyo Alkantana sendiri.



Caving merupakan salah satu olahraga ekstrim. Untuk itu diutamakan pengamanan (safety) yang memadai untuk menunjang olahraga ini. “Dengan adanya safety dapat memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi pengunjung” kata Cahyo. Untuk menarik pengunjung selain promosi, adanya edukasi, adventure, maupun experience. Beberapa wisatawan yang datang berkunjung menyatakan puas dengan wisata minat khusus yang ditawarkan ini. Wisata ini dimasukkan sebagai wisata minat khusus agar pengunjung yang datang dibatasi karena terdapat kapasitas orang yang masuk ke dalam gua. Selain adanya adanya Gua Jomblang, tidak jauh dari lokasi  gua terdapat tebing karst yang indah. Pengunjung dapat melihat tebing karst hampir setinggi 100 meter yang akan dijadikan media cave painting oleh Cahyo Alkantana. Cahyo Alkantana berkeinginan sekali mengembangkan kawasan Jomblang ini untuk dijadikan ecotourism based on cave bekerja sama dengan masyarakat sekitar. (Anugro Purwidiatmoko-Kelompok Pemerhati Goa)

Ray of Heaven Jomblang Cave

Read More

Copyright © HIMAKOVA | Designed With By Blogger Templates
Scroll To Top